Jumat, 24 April 2009

Membangun Aras Pergerakan Kita Menuju Pembebasan Nasional Rakyat Indonesia


“Sejarah rakyat adalah sejarah penindasan dan sejarah perlwanan”, itulah sebuah kata yang hendaknya menjadi awalan bagi kita untuk selalu terus berjuang dan menang. Praktek imperialisme yang dalam massa awalnya mengambil bentuk kolonialisme telah menghasilkan tidak hanya dalam pengertian politik yaitu kolonial, melainkan juga meninggalkan problem-problem hegemoni budaya serta pengetahuan dan problem sosisal-ekonomi. Maka makna kemerdekaan seratus persen dalam negara pasca kolonial tidak hanya berarti penyerahan kekuasaan dari bangsa asing (penjajah) ke pihak negara kolonial, tetapi kemerdekaan juga harus dalam pengertian penguasaan alat produksi dan pengetahuan seutuhnya.
Adanya hegemoni yang dilakukan oleh kekuatan kapitalisme saat ini telah menyebabkan bangsa ini dipaksa berfikir dan bertindak diluar kehendak dan kemampuannya, sehingga hal ini menyebabkan adanya eksploitasi oleh negara-negara kapitalis terhadap bangsa ini. Dikuasainya alat produksi pengetahuan Indonesia saat ini, pada akhirnya bukan saja telah menyebabkan terciptanya sebuah pengetahuan yang sangat jauh akan realitas sosial yang ada, melainkan juga telah menyebabkan terciptanya intelektual-intelektual tukang yang justru menjadi kaki tangan sang penindas, maka dari sinilah kta bisa menemukan hakekat sebuah penindasan (imperialisme).
Mahasiswa sebagai kaum intelektual terpelajar yang merupakan tenaga produktif perlawanan, hendaknya mampu membaca dan memberikan sekian penjelasan tersistematisir akan struktur penindasan yang terjadi demi terciptanya pembebasan nasional, untuk kelas tertindas oleh kelas tertindas dan dalam konteks ketertindasannya masing-masing. Maka sebenarnya hal inilah yang membedakan antara gerakan dengan gerak-gerik. Pada akhirnya hal tersebut sadar ataupun tidak sadar pasti akan menuntut gerakan mahasiswa untuk terus mampu membongkar dan menafsirkan sekian teori yang ada untuk kemudian mampu menyambungkannya dengan sekian realitas yang ada dalam masyarakat. Dimana hal itu yang nantinya akan menuntun kerja-kerja gerakan kedepan dalam rangka merebut alat produksi pengetahuan serta menciptakan sebuah ilmu pengetahuan yang berpihak kepada kaum tertindas. Karena teori revolusi yang tidak disusun dari dan sebagai tindakan praksis perjuangan maka hanya akan menjadi sebuah cerita yang hanya layak didengar dan mungkin malah akan menidurkan kembali kesadaran massa rakyat yang telah tertindas.
Praksisnya gerakan mahasiswa harus mampu melakukan sekian konsolidasi kerakyatan guna meradilkan kembali massa rakyat yang sudah sekian lama dinina-bobokkan oleh sekian pembodohan-pembodohan lewat ilmu pengetahuan yang telah diciptakan oleh kaum penindas. Melalui sekian konsolidasi kerakyatan inilah yang nantinya akan menciptakan suatu solidaritas ketertindasan menuju persatuan perjuangan menuju pembebasan nasional yang akan membongkar kabut-kabut ketertundukan yang sangat mempenagruhi alam berfikir massa rakyat saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar