Jumat, 24 April 2009

Malukah kita jadi orang Indonesia???

“Langit akhlak rubuh, diatas negeriku berserak serak
hukum tak tegang doyong berderak derak
berjalan di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh tun Razak
berjalan aku di Dam Cham Elyees dan Mesopotamia
di sela khalayak di belakang hitam kaca mata
dan ku benamkan topi baret di kepala
malu aku jadi orang Indonesia”
(karya: Taufiq Ismail)


Sepotong puisi Taufik Ismail, seorang sastrawan angkatan 66 yang mempunyai pengaruh cukup popular dalam masyarakat, mengapa ia malu menjadi orang Indonesia?
Orang yang popular dan cerdas juga bisa malu jadi orang Indonesia. Apakah kita juga akan malu? Kita belum tahu mengapa beliau membuat puisi seperti yang tersirat di atas. Posisinya yang cukup unggul di era orde baru , mungkin juga menimbulkan suatu penyesalan tersendiri. Selain itu ketidakjelasan arah gerak reformasi juga melatarbelakangi puisi tersebut.
Puisi diatas mengajak kita merenungi eksistensi diri di tengah reformasi. Walaupun beliau mempunyai alasan yang kuat dalam mengungkapkan mengapa ia malu jadi orang Indonesia, tetap saja tidak sepenuhnya dipergunakan sebagai acuan lengkap tentang situasi tertentuyang diungkapkan. Itu dulu, saat zaman reformasi. Indonesia sekarang sud h lebih maju dari pada yang dulu.
Kita sebagai generasi penerus bangsa kenapa mesti malu. Maju-tidaknya, Indonesia tergantung kita. Kita punya banyak sumber daya alam, punya objek wisata nan indah. Kita punya keanekaragaman budaya dari Sabang sampai Merauke. Tinggal bagaimana kita mengelola dengan sebaik-baiknya.

By; Mie_NdUtz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar